Langsung ke konten utama

Postingan

Perkara Bola

Malam itu, atau tepatnya sudah masuk dinihari, seperti biasa, aku bangun ketika alarm di HP jadulku berbunyi. Dan masih seperti biasa juga jadwal bangunku adalah untuk menonton bola. Ceritanya ini adalah tengah pekan, di mana tim jagoan saya tanding dan kebetulan ditayangin live di tivi. Tapi nggak tau kenapa, sampai setengah laga aku ngerasa acaraku nonton bola ketika itu nggak lagi menarik. Oke, saat itu memang tim jagoanku unggul sih . Kulihat jam, ternyata jarumnya sudah menunjukkan kombinasi sudut siku-siku, pukul tiga. Dan seketika ada krentek dalam hatiku untuk melaksanakan sholat malam. Oke, setelah beberapa saat terjadi cek-cok antara hati kecilku dan nafsu, aku lantas mengambil air wudhu. Di sini hati kecilku menang. Lalu aku sholat malam. Setelah beberapa saat, seusainya, aku terus terduduk iftirasyi . Aku bersyukur masih bisa sholat malam ini, walaupun dengan rakaat yang (masih) sedikit. Sedikit sekali. Belum bisa seperti orang-orang hebat yang katanya sampai bengkak-be
Postingan terbaru

Keep Istiqomah

PRACTICE MAKES PERFECT atau LANCAR KAJI KARENA DIULANG. * Catatannya adalah, karena istiqomah itu membisakan kita melakukan sesuatu, yang--kebanyakan kita--sebelumnya anggap ragu dan nggak mampu melakukannya. Tuhan toh lebih "suka" hamba-Nya beramal sedikit tapi istiqomah dari pada banyak tapi bolong-bolong . ** Eh , iya, aku juga suka dicecar oleh hatiku; katanya, " Witing tresno jalaran soko kulino ." atau " Bisa cinta karena terbiasa". Well , selama cinta ndak butuh formalin buat ngawetinnya, percayalah bahwa hati kita cuma butuh sebuah komitmen. Iya, kan ? *** Tulisannya nggak nyambung, ya ? He.. he.. he...

Obrolan Masa Depan di Meja Belajar

Siang itu, adalah Nerra dan Ladea, sepasang teman kuliah sedang belajar kelompok. Berlatarkan di kamar Nerra, yang bercatkan motif polkadot dengan dominasi warna pink, diiringi lagu yang terdengar dari spreaker laptop miliknya dengan pemutarannya shuffle . Nggak teratur. Ruwet. Acak. Sambil ngemil criping pisang, peyek kacang dengan semerbak aroma daun jeruk purut khas buatan ibunya dan mimik teh anget, ternyata rutinitas belajar mereka itu lebih banyak agenda curhat soal hati dari sang tuan rumah kepada teman ketimbang membahas pelajaran yang besok hasilnya kudu dikumpulkan itu. * Cinta. Hati. Jiwa. Potongan puzzle dari jalan hidupnya yang sering dia bilang sebagai sebuah anugerah—anugerah tak terkira dari Sang Tuhan lebih tepatnya— toh meski sampai sekarang sang pujaan hati belum "terlihat" merespon hati dari pemujanya. Itulah intro dari cerita kali ini, dari Nerra. ** Lho.. lho.. lho.. ada pihak-pihak lain di meja belajar Nerra yang ternyata juga ikut nguping

Kesenyawaan Kita

Kau tahu apa makna tanda "jika dan hanya jika" dalam pelajaran Matematika? * Iya sih .. emang baru berapa tahun belakangan ini aku sok memaknainya sendiri. Tapi--setidaknya menurutku-- makna tanda itu luhur sekali. ** Tanda yang (juga) dapat kuartikan sebagai kesenyawaan atau juga ekuivalensi. Aku memaknainya sebagai sebuah hubungan intim antara aku dan kau, kita. Intim karena semua ini kodrat dari Semesta. *** Coba kau pikir, kenapa Tuhan bertitah di kitab-Nya Yang Karim "kalau manusia itu diciptakan berpasang-pasangan". Kau pasti tau jawabnnya, kan ? Ya , karena kau adalah kesenyawaanku. Dan, aku percaya itu wahai kau. **** Aku ada karena kau ada DAN kau ada karena aku ada. Sesimpel itu sebenarnya.
Saat hatiku punya hasrat untuk nge-net (baca: Twitter- an ): menyalakan komputer, menyucukkan modem ke lubang USB, menunggu komputerku loading, meng-klik icon Mozilla dll. rasanya aku bakal melakukan perbuatan yang sia-sia saja. Ya, itu karena masih banyak yang harus kulakukan daripada cuma duduk adem-ayem di depan layar saja. Tapi, sisi lain hatiku juga berkata, " hey , ternyata bukan karena cintaku pada Twitter lantas online terus, tapi karena sosok yang di ada Twitter yang memaksa saya untuk online terus".